KetikaDaud berbicara tentang Tuhan sebagai Gembala, ia berpikir tentang Tuhan sebagai Pelindungnya. Bagi domba, gembala adalah segala-galanya. Tidak ada yang lain yang diinginkan domba selain gembalanya. Sama seperti seorang ayah memenuhi kebutuhan anaknya, begitulah seorang gembala mencukupkan segala sesuatu yang diperlukan dombanya.
Bagianakhir dari Roma 12:2 menyatakan tujuan dari pembaharuan pikiran yaitu agar jemaat Roma dapat membedakan manakah kehendak Allah. Maka orang yang belum dibaharui pikirannya tidak sanggup membedakan kehendak Allah, itu sebabnya mereka hidup seperti cara hidup duniawi. Anak kalimat “sanggup membedakan kehendak Allah” memberikan pemahaman
Mendekatkandiri kepada Tuhan Yesus Kristus bisa dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya mendengarkan khotbah pemuda Kristen masa kini. Melalui khotbah tersebut, umat Kristen akan mendapat kekuatan dari Tuhan Yesus. Di sisi lain, khotbah pemuda Kristen masa kini juga bertujuan untuk mengajarkan para remaja untuk mengenal Allah secara
TuhanYesus berfirman: "Masuklah ke pintu gerbang yang sempit itu: karena pintu gerbang yang lebar dan jalan yang luas itu menuju kepada kebinasaan dan
IlustrasiKhotbah Tentang Kekuatiran. Apr 03, 2021. Orang Kristen Jangan Kuatir Halaman 1 - Kompasiana.com. 3 ALASAN KEKUATIRAN ADALAH PEMBUNUH IMAN - Fokus Hidup. Hal kekuatiran” INJIL MATIUS 6 AYAT 25-34 ALKITAB TENTANG KUASA YESUS KRISTUS - YouTube. KEKUATIRAN (Matius 6:24-34) - DEAR PELANGI.
Contact Kuasa Roh Kudus. Ibadah Raya 2, Ibadah Raya 5. Pdt. Johan Lumoindong. 06 Mei 2018. Pk. 09:00, 16:30 WIB. Pemesanan DVD Khotbah dapat dilakukan via telp di 021 2605 1888 / 021 2937 1333 atau melalui counter sekretariat pada saat Ibadah Raya Hari Minggu. Jawab-Nya: "Engkau tidak perlu mengetahui masa dan waktu, yang ditetapkan Bapa
25ilustrasi khotbah. 1. Tukang Parkir. Suatu ketika Delima bersama sang ayah berjalan-jalan disebuah mall, pada waktu memasuki bassemen hendak memarkirkan motor mereka, delima diam-diam memperhatikan apa yang dilakukan oleh tukang parkirnya. Ia melihat dengan santai si tukang parkir menunjukkan tempat dimana ia harus memarkirkan mobil atau
Dalambuku ini, Pdt. Eka Darmaputera mencoba menguraikan khotbah Yesus dengan menggunakan bahasa yang sederhana, lugas, dan komunikatif, atau dengan kata lain, dengan bahasa "pasar", agar mudah dipahami oleh setiap orang Kristen. Kelebihan buku ini yaitu hanya membahas satu perikop Alkitab, Matius 5:3-12.
febYq3H. Momen itu adalah momen berharga bagi Petrus. Setelah sebelumnya Yesus memuji Petrus karena Allah telah menyatakan siapa Yesus sesungguhnya kepada Petrus, juga diikuti dengan berkat serta kepercayaan yang ia terima dari Yesus, kini konsep dan pemahamannya diuji kembali. Yesus dan para Murid kini telah mengetahui bahwa Yesus adalah Mesias, Anak Allah yang hidup. Namun kisah selanjutnya, pemahaman mereka diuji dan terbukti tidak sejalan dengan apa yang Allah kehendaki. Bagi Petrus dan mungkin juga murid lainnya, Yesus adalah Mesias yang akan membebaskan mereka. Maka dari itu, seorang Mesias tidak boleh menderita dan berakhir dibunuh. Itu mengapa Petrus menarik Yesus dan menegornya. Di posisi ini, Petrus merasa konsep pemahamannya tentang Mesias benar. Itu mengapa ia berani meluruskan’ pandangan Yesus mengenai diriNya yang akan menderita dan mati dibunuh. Namun apa yang terjadi? Yesus berpaling kepada Petrus dan mengatakan, “Enyahlah Iblis. Engkau suatu batu sandungan bagi-Ku, sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia.” Yesus menyebut Petrus dengan istilah Iblis. Ungkapan ini mungkin nampak kasar bagi sebagian orang. Namun Yesus merujuk pada cara pandang Petrus yang tidak sejalan dengan apa yang Allah kehendaki. Itu mengapa istilah Iblis yang dipakai. Iblis akan menggoda siapapun yang berupaya untuk melakukan apa yang Allah kehendaki. Dan kali ini, Petrus membiarkan dirinya dikuasai oleh cara pikir yang tidak sejalan dengan kehendak Allah. Dapat dipahami alasan Petrus menegor Yesus. Konsep Mesias yang sudah dipegang dan diturunkan dari generasi ke generasi tentu sudah melekat dengan kuat di benak Petrus. Namun itu pula yang menjadi bukti, bahwa apa yang Allah kehendaki belum tentu selaras dengan apa yang satu orang, bahkan satu bangsa kehendaki. Mengecil kah nyali Petrus setelah mengetahui bahwa Mesias yang selama ini ia ikuti akan menjalani akhir hidup dengan derita dan kematian karena dibunuh? Urung kah niatnya mengikuti Yesus setelah mengetahui bahwa ekspektasinya pada Yesus tidak sesuai dengan realita yang akan terjadi? Kita tahu, Petrus menyangkal Yesus di momen penuh kengerian di hadapan Mahkamah Keagamaan. Namun setelahnya, kita juga sama-sama tahu, bahwa para murid yang takut bahkan lari meninggalkan Yesus di saat mengerikannya itu pun akhirnya tetap menyebarkan ajaran Yesus hingga banyak orang percaya akan KebenaranNya. Namun yang menjadi pertanyaan, maukah Saudara dan saya tetap setia mengikut Yesus bahkan ketika harapan kita tak sesuai dengan kehendak Allah? Mari kita renungkan bersama, dan mengambil keputusan iman. Tuhan Yesus memberkati. ASC
Ilustrasi Khotbah Kristen - Yohanes 316“Ilustrasi khotbah kristen tentang Pengorbanan”-Kita sering mendengar tentang seseorang yang rela mati, memberikan nyawanya sendiri untuk orang lain, khususnya untuk seseorang yang dia kasihi. Kita sendiri, jika diperlukan, mungkin juga bersedia memberikan nyawa kita untuk seseorang yang kita kasihi.. Bayangkan sekarang anda memiliki kertas dan pena di tangan anda. Bisakah anda menuliskan nama-nama dari orang yang anda bersedia mati demi dia? Jika sangat diperlukan, saya bersedia memberikan nyawa saya untuk …. *orang ini. Apakah ada beberapa nama yang bisa anda tulis? Mungkin anda bersedia mati untuk pasangan anda, atau untuk orangtua anda, atau untuk anak anda. Mungkin nama2 merekalah yang anda pertanyaan berikutnya. Bayangkan anak anda. Jika anda belum menikah, bayangkan anda sudah memiliki anak. Karena itu anak anda, anda pasti sangat sayang kepada dia. Betul? Pertanyaan berikutnya Jika sangat diperlukan, bersediakah anda MEMBERIKAN NYAWA ANAK ANDA untuk mati berkorban demi menyelamatkan orang lain? Kalau tadi anda bersedia, anda rela memberikan nyawa anda sendiri untuk menyelamatkan orang lain. Apakah anda bisa rela untuk memberikan nyawa anak anda untuk mati berkorban menyelamatkan orang lain?Lebih sulit bukan? Atau lebih gampang?Jika anak kita diculik, kita akan berkata, “Jangan culik anak saya, saya saja yang diculik sebagai gantinya”Jika anak kita hendak dibunuh, kita akan memohon, “Jangan bunuh anak saya, saya saja yang dibunuh sebagai gantinya”.Betul?Bagaimana dengan Tuhan? Saat kita membaca dari Yohanes 316 Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kita baca ayat ini sekilas, bahasanya tampak begitu indah “mengaruniakan”, artinya memberikan sebagai hadiah. Arti itu tidak salah. Bahkan benar. Keselamatan dari Tuhan Yesus bagi kita adalah hadiah, cuma-cuma, tanpa Tuhan mengajar kita bahwa berkat Tuhan itu bersyarat, tetapi kasih Tuhan tidak bersyarat. Amin? Tuhan memberikan kepada kita surga, keselamatan, sebagai hadiah. Tanpa dalam dunia yang tidak ada yang gratis ini, Tuhan masih memberikan sesuatu yang tidak ternilai dengan tanpa syarat. Alias, benar-benar biasa Tuhan kita Yesus Kristus. Amin?Tetapi arti lebih mendalam dari kata “mengaruniakan” di,dwmi adalah “GIVE UP” = “menyerahkan karena tuntutan”. Tuntutan apa? Dosa-dosa kita menuntut kita kepada maut, kepada kebinasaan. Dan oleh karena TUHAN tidak mau kita mati binasa, Tuhan bersedia mengorbarkan anak-Nya untuk menyelamatkan kita dari yang tadi di atas kita bahas adalah LEBIH SULIT untuk kita mau mengorbankan anak kita untuk menyelamatkan orang lain. Lebih gampang untuk mengorbankan diri kita sendiri untuk menyelamatkan orang lain. Betul?Lalu? Mengapa TUHAN mau? Yohanes 316 mengatakan “Karena begitu besarnya kasih Allah.”Kasih Tuhan lebih besar. Sangat besar bagi kita. Karena itu IA RELA. IA BERSEDIA. Walau SANGAT SULIT, Ia Lucado pernah menulis God would GIVE UP his only son, before He’d ever give up on you John 316. Artinya “Tuhan lebih bersedia menyerahkan anaknya yang satu-satunya, daripada menyerah untuk menyelamatkan kita.”Karena DIA sungguh sangat mengasihi kita. Karena DIA sendiri adalah itu memberikan kita pelajaran berharga, bahwa tidak ada kasih yang sejati jika tanpa adanya khotbah lainnya dapat di baca DI SINI.
Tetapi Yesus berkata “Setiap orang yang siap untuk membajak tetapi menoleh ke belakang, tidak layak untuk Kerajaan Allah.” Lukas 9 62 Beberapa Minggu yang lalu ketika saya berkesempatan melayani di salah satu jemaat, saya merasa terberkati dengan khotbah yang disampaikan. Di bawah tema “Mengikut Yesus, Keputusanku”, tema yang menurut beberapa orang merupakan tema klasik yang sudah umum. Namun di balik tema tersebut, mengikut Yesus setidaknya ada tiga hal yang harus kita jalani walaupun tidak mudah jalannya. Pertama, kita harus mempersiapkan diri dalam sebuah perjalanan yang jauh dari kenyamanan. Kedua, mengikut Yesus membutuhkan komitmen dan pengorbanan dan yang ketiga kerelaan melepaskan masa lalu yang tidak berkenan di hadapan Tuhan. Artinya mengikut Yesus, kita harus siap melangkah ke depan dan tidak menoleh ke belakang. Seringkali kita merasa bahwa mengikut Yesus, pastilah semuanya akan baik-baik saja. Namun jika kita menelaah lebih jauh, iman kita justru semakin bertumbuh ketika dalam mengikut Yesus begitu banyak “kerikil dan ketidaknyamanan” yang kita hadapi. Si pengkhotbah memberikan contoh ketika ada seorang anggota jemaat yang begitu tekun dan giat dalam pelayanan di gerejanya, namun dia harus menerima respons negatif yang dilontarkan salah seorang warga jemaat tempatnya bergereja. Respons tersebut hampir saja membuat orang tersebut undur dari pelayanan. Seringkali tanpa sadar, kita suka menghakimi orang yang sungguh-sungguh ingin melayani Tuhan hanya dengan melihat penampilan luarnya saja. Ilustrasi tersebut mengingatkan saya bahwa ketika begitu banyak ketidaknyamanan yang kita alami dan apabila kita sudah berkomitmen “Mengikut Yesus, keputusanku,” maka kita juga harus bersiap untuk tetap melayani Tuhan dengan segala talenta yang telah Tuhan beri berikut risikonya. Kita harus siap menerima segala macam ketidaknyamanan dalam melayani Tuhan. Tuhan mengetahui kedalaman isi hati kita, termasuk motivasi pelayanan kita. Kita dipanggil untuk menjadi pelayan Tuhan yang tangguh dan berkomitmen serta tidak lagi menoleh ke belakang. Inilah yang diingatkan Tuhan Yesus kepada para murid-Nya dan kita. Saat kita sudah berkomitmen untuk melayani, untuk melakukan pekerjaan Tuhan, terimalah tanggung jawab dan risikonya. “Menoleh ke belakang” dalam perkataan Tuhan Yesus di Injil Lukas memberi kesan negatif. “Menoleh ke belakang” di sini bukan berarti kita bisa belajar dari kesalahan di masa lalu. Sebaliknya saat kita menoleh ke belakang, ada banyak hal yang bisa menghalangi kesungguhan kita dalam melayani masa lalu yang pahit, keluhan, kritik, atau keadaan kita yang menyenangkan di masa lalu. Selamat menikmati cinta kasih Tuhan dan selamat menjadi pengikut Tuhan yang terpanggil untuk memberi yang terbaik dan bukan yang sisa. Kiranya hanya cinta kasih Tuhan yang memampukan kita untuk menjadi pengikut Tuhan yang siap dibentuk dan terus melangkah ke depan. Jangan “menoleh ke belakang.” Soli Deo Gloria. Kumalawati Abadi